Sudah larut malam, suara jangkrik yang sempat beradu dengan suara mesin-mesin beroda sudah kembali dari kalahnya yang telak. Terlihat sebuah motor mulai menepi dari jalan raya yang sepi , ke sebuah tenda, untuk istirahat sejenak. Wajahnya memiliki sisa-sisa guratan kulit karena harus tersenyum paksa. Ia pun langsung duduk di dalam tenda, tanpa basa-basi “es teh satu, gak pake gula.”
Setelah menunggu beberapa menit minuman yang ia pesan sudah ada di hadapannya setalah itu muncul sahutan dari penjaga “setiap malam kau mampir ke tenda ini, wajahmu selalu melulu lusuh, selalu saja kau jawab ‘tak apa-apa, besuk juga senyum lagi’ tapi kali ini berbeda, ada apa?”
“gakpapa, lagian bukanya mukaku selalu lusuh?” ujar sang pemuda sambil mencari gorengan gosong.
“sudahlah cerita, aku butuh hiburan, dan hiburan bukan hanya cerita bahagia, ndengerin lagu galau saja bisa bikin kita bahagia, kadang-kadang…”
“sudahlah cerita, aku butuh hiburan, dan hiburan bukan hanya cerita bahagia, ndengerin lagu galau saja bisa bikin kita bahagia, kadang-kadang…”
“ya elah, tapi terkadang lucu juga, mendengarkan lagu sedih tapi belum pernah merasakan apa yang di ceritakan lagu secara harafiah, seperti putus dari pacara padahal kau cuman di balas singkat oleh gebetan atau mungkin kau dihantukan oleh gebetanmu”
“yang Namanya kehilangan juga kehilangan bang, apa pun itu,bagaimanapun caranya”
“yang Namanya kehilangan juga kehilangan bang, apa pun itu,bagaimanapun caranya”
Kerutan di wajah pemuda itu hilang, dia menyengir sambal mangut-mangut
“kenapa? Kamu habis kehilangan?”
“aku rasa” saut pemuda itu dengan tatapannya yang mengantuk
“aku rasa aku kehilangan seorang sobat, hanya karena masalah sepele, aku tahu dia hanya bereaksi berlebihan, mungkin, atau mungkin sedang mencoba melindungi hubungannya.”
“kenapa? Kamu habis kehilangan?”
“aku rasa” saut pemuda itu dengan tatapannya yang mengantuk
“aku rasa aku kehilangan seorang sobat, hanya karena masalah sepele, aku tahu dia hanya bereaksi berlebihan, mungkin, atau mungkin sedang mencoba melindungi hubungannya.”
Sang penjaga pun memajukan kursi duduknya, bersandar ke meja, Sebelum ada sempat sang penjaga mengajukan pertanyaannya
“atau mungkin aku yang bersikap berlebihan? Atau mungkin menggunakan pembenaran ‘kan aku kalau berbicara takada filter’ terkadang membuat orang-orang arung jeram dengan emosinya?”
“memang apa yang kau lakukan?” tanya sang penjaga
“atau mungkin aku yang bersikap berlebihan? Atau mungkin menggunakan pembenaran ‘kan aku kalau berbicara takada filter’ terkadang membuat orang-orang arung jeram dengan emosinya?”
“memang apa yang kau lakukan?” tanya sang penjaga
“hanya sebuah foto yang aku unggah, ke dunia maya”
“hanya itu?”
“aku mungkin memakinya dengan mengatakan dia tak bisa menghadapi masa lalu” kepala pemuda itu menunduk, bingung, pikirnya mengabu
“aku mungkin memakinya dengan mengatakan dia tak bisa menghadapi masa lalu” kepala pemuda itu menunduk, bingung, pikirnya mengabu
“apa yang ada di benakmu sampai kau berkata hal itu?”
“tak ada, semuanya keluar secara organik dari mulut dan otak sepertinya sudah tanda tangan proposal, tapi, saya baru tahu tak semua yang organik itu sehat…” pemuda itu minum es tehnya dengan sekali angkat sampai habis, es tehnya lalu menyambung omongannya dengan tenaga “hidup-hidup”
“ya sudah, tak apa, sama seperti ucapanmu, hidup-hidup” ujar sang penjaga sambil meracik es teh tawa
“mungkin lebih dari itu juga, saya masih teringat supaya saya menjauh dari hidupnya”
“ya sudah, menjauhlah” sambil mengambil kelas kosong, menukarnya dengan yang baru.
“tak bisa!” sambar sang pemuda. “kenapa?” tanya sang penjaga dengan suara pelan.
“tak ada, semuanya keluar secara organik dari mulut dan otak sepertinya sudah tanda tangan proposal, tapi, saya baru tahu tak semua yang organik itu sehat…” pemuda itu minum es tehnya dengan sekali angkat sampai habis, es tehnya lalu menyambung omongannya dengan tenaga “hidup-hidup”
“ya sudah, tak apa, sama seperti ucapanmu, hidup-hidup” ujar sang penjaga sambil meracik es teh tawa
“mungkin lebih dari itu juga, saya masih teringat supaya saya menjauh dari hidupnya”
“ya sudah, menjauhlah” sambil mengambil kelas kosong, menukarnya dengan yang baru.
“tak bisa!” sambar sang pemuda. “kenapa?” tanya sang penjaga dengan suara pelan.
“aku takut tak punya teman berbicara lagi, walaupun aku duduk dengannya kita berdua hanya diam, berbicara seperlunya, bercanda seperlunya, sisanya duduk diam, saya membuka gawai dan dia melakukan aktivitasnya. Aku tidak pernah memiliki banyak teman, hpku jarang berbunyi untuk sebuah pesan pribadi, aku bahkan lupa dengan suara ringtone hpku sendiri, yang sering aku dengar hannyalah notifikasi dari tokopedia, sisanya hanya grup ini dan itu. “sang pemuda membenarkan posisi duduknya, meminum es tehnya berbicara lagi “kehilangan seseorang yang dekat itu berat, sangat berat. Tapi mungkin, menjalani hidup masing-masing adalah yang terbaik, atau mungkin aku yang salah, aku tak mau berubah sealur dengan kenyataan bahwa, bahwa manusia berubah setiap nano-detiknya dan aku hanya membosankan karena aku hanya merubah selera musik.”
“sudah, tak usahlah kau bahas itu lagi, bahas yang lain saja, bagaimana dengan dia? Wanita yang kau dekati, yang kau langgar prinsip hidup kau, prinsip yang : kalau dia sudah ada pacar saya enggak, bagaimana kabarmu dengannya?” Ujar sang penjaga berusaha menghindari kesedihan si pemuda
“sudah, tak usahlah kau bahas itu lagi, bahas yang lain saja, bagaimana dengan dia? Wanita yang kau dekati, yang kau langgar prinsip hidup kau, prinsip yang : kalau dia sudah ada pacar saya enggak, bagaimana kabarmu dengannya?” Ujar sang penjaga berusaha menghindari kesedihan si pemuda
“dia? Sudah tak berhubungan lagi, mungkin dia menjamu saya dalam kebaikannya karena dia sedang bosan atau hal lain, toh, saya tak berharap banyak, hanya diperlakukan seperti itu saja saya sudah bahagia walaupun memang harus menerima kenyataan lain dari itu, terbengkalai di trotoar, duduk sendiri, melihatnya bersenang-senang”
“tak pernah ada kisah bahagia apa dalam hidupmu?”
“tak pernah ada kisah bahagia apa dalam hidupmu?”
“banyak, hanya saja, saya sudah cerita dan berulang ulang, kisah sedih lah yang berubah setiap kita memikirkannya, selalu ada hal yang baru dalam merenungi kesedihan, mungkin itu yang membuat candu ketika melebur dengan rasa sedih”
Suasana hening sejenak, pemuda mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar lalu pergi menaiki motornya. Sambil berpamitan sang penjaga berkata “Lekaslah hidupmu bahagia”
“segera” ujar pemuda
Suasana hening sejenak, pemuda mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar lalu pergi menaiki motornya. Sambil berpamitan sang penjaga berkata “Lekaslah hidupmu bahagia”
“segera” ujar pemuda
“semoga” lanjutnya di dalam hatinya
0 comments:
Posting Komentar